Selasa, 01 Mei 2012

Puisi Taufiq Ismail . by hasnan habib kota depok

 Mengejar Umur, Dikejar Umur

Taufiq Ismail

1
Pada suatu hari, ada seorang anak kecil yang bijak
Mengajukan sebuah pertanyaan kepadaku
Dan heran, aku bingung menjawabnya
Pertanyaannya sederhana saja

”Oom Taufiq,
apakah kita mengejar umur
atau kita yang dikejar umur?”

Saya memandang anak itu
Saya takjub
Kata Saya
”Pertanyaanmu cerdas sekali
Umurmu belum lagi sepuluh tahun
Mengapa engkau menanyakan itu?
Dan bagaimana engkau bisa sampai pada pertanyaa itu?”

Anak kecil yang bijak itu berkata:
”Oom belum menjawab pertanyaan saya
Oom malah memberi pertanyaan kepada saya
Baiklah, begini ceritanya
Saya kan beberapa kali dibikinkan acara ulang tahun
Nah, di setiap acara ulang tahun itu
Saya bertanya pada papa dan mama
Pah, pah, mah, mah,
Apakah kita mengejar umur
Atau kita dikejar umur?
Mereka menatap saya dengan mata keheranan
Tahun itu mereka tak bisa menjawab saya
Tahun depannya begitu juga
Kalihatannya Oom sama saja
Sudah ya Oom, bai-bai.”

Anak itu pergi berseluncur, dengan skate boardnya.
Saya masih termenung saja.
2
Dua puluh tahun kemudian saya ketemu dengan seorang anak muda
Di sebuah toko buku, di depan rak filsafat dan pemikiran
Orang-orang ramai berlalu-lintas
Dia menyapa saya dengan sopannya

”Oom Taufiq, Oom masih ingat saya?”
saya tentu saja lupa
lalu dia mengenalkan dirinya
”Saya dulu yang suka main skate board
waktu masih kecil
dekat rumah Oom
yang bertanya dua kalimat favorit saya...”

”Aaa, ya, Oom ingat
kamu yang setiap ualng tahunmu dirayakan
selalu bertanya
apakah kita mengejar umur
Atau kita dikejar umur?”

”Ya, ya, bagaimana Oom
Bagaimana jawabannya?”

”Oom tidak bisa menjawabnya
Maaf ya
Begini saja. Aaa, ini kan rak buku pemikiran dan filsafat
Banyak judulnya, jago-jago pengarangnya
Kamu baca saja buku-buku ini
Di sela-sela ratusan alinea dan ribuan baris itu
Bisalah itu, kau temukan jawabanmu
Jadi cari sendiri saja
Sorry ya, Oom pergi dulu.”

Dengan cepat saya pergi meninggalkannya
Menyelip di antara pengunjung toko buku yang ramai
”Oom, Oom, tunggu sebentar.”
Tapi saya sudah menghilang meninggalkannya
3
Dua puluh tahun kemudian saya berdiri di sebuah kuburan
Seorang sahabat meninggal dan kami mengantarkannya
Beberapa puluh orang, anak isteri almarhum, keluarga dan kawan
Jenazah sudah masuk lahat, air mata sudah bercucuran
Doa dibacakan, udara panas dan pengap, mendung manahan hujan
Kami semua tepekur, hening terdiam

Bergerak ke gerbang kuburan
Soerang peziarah menegurku, suaranya pelahan
”Oom Taufiq, Oom tentu lupa saya
Waktu kecil dulu, saya yang suka main skate board
Tetangga Oom...”

”Aaa, iya, itu 40 tahun yang lalu
Lama kita tidak bertemu
Sekarang berapa anakmu?”

”Anak empat, perusahaan saya delapan
Saya kaya sekarang, Oom
Oom ingat kan, pertanyaan saya yang nakal dulu itu
Jawabannya sudah ketemu
Jadi soalnya bukan apakah kita mengejar umur atau kita dikejar umur itu
Yang penting
Yang penting adalah titik temunya
Dan titik temu itu adalah kuburan ini
Kuburan ini

Itulah yang saya katakan kepada anak-anak saya
Ketika mereka berulang tahun
Itulah yang saya katakan pada perusahaan saya
Ketika perusahaan saya berulang tahun
Ingat titik temu umur yang dikejar umur yang mengejar
Adalah sebuah kuburan
Dan sekali setahun, di sepanjang perjalanan umurmu
Bertanyalah selalu bagaimana cara masuk kuburan itu.

Ketika sang ibu berjuang, ketika sang anak lupa beban sang ibu.by hasnan habib petani depok

Sejuta derita ibu, sejuta kebahagiaan bagi anakmu, seberat berat beban Ibu adalah untuk meringankan bebab anak anakmu.by hasnan habib petani depok.