Kamis, 30 September 2010

MISTERI BATU GILANG KOTAGEDHE. by hasnan habib kota Depok


MISTERI BATU GILANG
Perebutan kekuasaan dan politik tidak hanya terjadi saat ini. Sebuah bukti sejarah dari tahun 1587, mampu menerangkan hal tersebut. Batu Gilang, yang dimuliakan di Ndalem, Kotagede, Purbayan. Katanya batu gilang ini sebenarnya adalah singgasana Panembahan Senopati, Mataram. Hal itu seperti dikatakan oleh abdi dalem Kraton Yogyakarta, padahal batu itu adalah petilasan shalat Panembahan Senopati , Hastino Darwinto yang mengabdi pada Kraton Yogyakarta sejak 1996.
“Awalnya dari penyerahan Tanah Kemerdekaan, Alas Mentaok dari Ki Ageng Mangir III, …” Bp. Hastino Darwinto, abdi dalem sejak 1996 mendapat kehormatan sebagai jurukunci


Batu Gilang, mulai mengurai sejarah. Kala itu, 1569, Panembahan Senopati mendapatkan tanah kekuasaan, warisan dari ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, Alas Mentaok. Namun seperti yang diketahui, wilayah tersebut sudah terlebih dahulu berada di tangan Ki Ageng Mangir III, yang masih mempunyai silsilah dari Kerajaan Majapahit. Panembahan Senopati kemudian menyuruh Ki Ageng Mangir untuk menyerahkan daerah tersebut agar menjadi tanah Mataram. Namun Ki Ageng Mangir III yang terkenal dengan pusakanya –Tombak Baru Minting- menolak. Ki Ageng Mangir merasa lebih dulu mempunyai hak atas wilayah tersebut dan ingin membangun kekuasaan sendiri. /
Akibat dari sikap kukuh Ki Ageng Mangir itulah, akhir hayat Ki Ageng dihantar melalui tragedi batu gilang yang berada di bawah singgasana Panembahan Senopati, meski melalui jalan asmara terlebih dahulu. Batu gilang itu tak lain adalah yang sekarang ini dijaganya sebagai juru kunci Kraton Yogyakarta. Batu Gilang sekarang masih terawat baik. karena sudah dimuliakan oleh Sultan H.B. VIII, bersamaan dengan pembangunan Hasto Renggo (makam trah raja Mataram).
Anehnya, .seperti diungkapkan oleh Tim Peneliti Lembaga Studi Jawa dalam bukunya “Kota Gede” batu gilang di Kota Gede ini memuat ungkapan berbahasa asing dalam empat bahasa (bahasa Latin : ITA MOVETUR MUNDUS, Perancis : AINSI VALE MONDE, belanda : ZOOGAAT DE WERELD dan Italia : COSI VAN IL MONDE). Ungkapan lain dalam bahasa Latin : AD AETERNAM MEMORIAM SORTIS INFELICIS yang diterjemahkan : untuk memperingati nasib yang kurang baik. Dan ungkapan : IN FORTUNA CONSURTES DIGNI VALETE, QUID STUPEARIS AINSI, VIDETE IGNARI ET RIDETE, CONTEMITE VOS CONSTEMTU VERE DIGNI :
Dan In Gloriam Maximam (Untuk Kemuliaan yang sangat tinggi)
Sementara itu di Desa Mangir sendiri juga dikenal legenda riwayat batu gilang. Batu gilang ini menurut cerita penduduk, merupakan bukti sejarah tentang keberadaan padepokan Ki Ageng Wanabaya. Sehingga ketika orang menanyakan dimanakah letak padepokan Ki Ageng Wanabaya di mangir, orang dapat mengetahui dengan menyaksikan batu gilang. Batu itu hitam, berbentuk persegi empat berukuran kira-kira 1×1 m. Di atas batu gilang ini ini dipercaya sebagai dhampar / singgasana. Subakri sebagai juru kunci Batu Gilang tersebut menuturkan bahwa di tempat tersebut dahulu pernah berdiri sebuah Keraton Mangir. “Petilasan tersebut sebagai bukti tempat ini adalah rumah Ki Ageng Mangir” tambahnya.
Tetapi ada juga yang percaya sebagai tempat menyimpan pusaka. by hasnan habib kota depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar