Sabtu, 02 Februari 2013

Trah Ki Ageng Mangir , Saat saat terakhir SM Kartosuwiiryo , sebagaimana leluhurnya Ki Ageng Mangir, akhir hayat yang tragis


Aku menangis saat menulis ini, bukan masalah siapakah dia, tetapi kenapa dia berani mengambil keputusan yang menyebabkan dia harus mati mempertahankan keyakinannya, persis seperti kakek moyangnya Ki Ageng Mangir yang juga harus wafat demi keyakinannya,
Bertemu keluarga sebelum dihukum tembak
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Penggagas Negara Islam Indonesia, dijatuhi hukuman mati oleh Presiden--sekaligus mantan teman satu perguruannya Soekarno. Satu guru satu ilmu, Namun beda nasib Pelaksanaan hukuman mati dilangsungkan Pada tgl 5 September 1962 di sebuah Pulau di Utara Jakarta bernama Pulau Ubi , wahai sesiapa yang mengaku trah Ki Ageng Mangir, siapkah diri kita menanggung kepedihan serta beratnya perjuangan seperti beliau - beliau ini ?. Keteguhan hati dalam perjuangan inilah yang penulis sajikan agar para anak cucu Trah Ki Ageng mampu mengenang dan merasakan beratnya perjuangan keyakinan, tulisan ini tidak ada sangkut pautnya dengan faham DI TII NII hanya sekedar menyampaikan kesamaan pola akhir hayat dari trah Ki Ageng Mangir,

SM Kartosuwiryo, sepenggal sejarah dari Trah Mangir
Shalat terakhir sebelum dihukum tembak

Menuju Tiang Tembak

Lihatlah keteguhan hati menjalani kematian

Hanya takut pada Allah, tak pernah takut pada kematian

Pelaksanaan hukuman mati
Usai penembakan
Ruhmu telah terbang ke pemilikmu
Dirawat sebelum dimakamkan
Pengafanan
Sebuah ironi : penjahat menurut negara, namun masih dishalatkan
Menuju makam
SM Kartosuwiryo, dikamamkan, tanpa nisan , tanpa tanda apa - apa
Marilah sejenak mengenangkan sebuah kematian, sama seperti kakek moyangnya Ki Ageng Mangir, sesudah kematiannya jenazahnya masih diperlakukan dengan baik oleh musuh-musuhnya, Ki Ageng Kartosuwiryo layaklah kita sematkan pada namanya, sebagai keteladanan pada sebuah keyakinan.

5 komentar:

  1. Seorang Pimpinan pejuang bertanggungjawab atas segalanya, meskipun yg menunggangi yg memanfaatkan ide beliau. renungannya menerima konstituen harus jeli, kadang jadi duri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terkadang seorang pemimpin dikenang oleh para pengikutnya, meskipun jejaknya kelam bagi para musuh2nya, kita ambil hikmahnya saja pak Taqi !

      Hapus
  2. Kita soeka toelisan daripada toean Hasnan Habib, jang ianja itoe sepertinja pernah di PPA Empang Tiga atawa Tebet Timoer djoega. Selamat berkenalan Oom. www.hasprabu.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap , betul sekali, tetapi di empang tiga saya belum pernah, kalau PPA memang ya, waaahh salam kenal juga

      Hapus
  3. Mereka adalah pmmpin2 n pjuang2 sjati tdk 'dkt','tdk brsahabat' n pantang 'sujud' kpd pnjajah n 'pnjajah', 'lebih baik mati brkalang tanah daripada hidup brcermin bangkai', 'hidup mulia atau mati syahid(bhs.arab)' ada yg tau padanan kata bhs.sunda kuno n bhs.jawa kuno nya utk kata 'syahid'?.he..he..,. Mereka tdk smata2 hnya mmprtahnkn kyakinan namun lebih dari itu yaitu demi mmbela kpntingan umum yaitu mnghpuskan ' sbersih2nya' pnjajahan n 'pnjajahan' , apan aya di seratkeun dina pmbukaan UUD. Hnya anak2 bangsa yg dngki,iri,ambisius,dll n dgn braneka mcm pmbnaran diri dijadikn alasan utk mmbinasakan mereka. Nusantara,'indonesia' blum spenuhnya 'merdeka' Hrus lebih kras brjuang dgn totalitas kmampuan2 masing2 dari saiki yo pnjajahn non fisik (ipoleksosbudhankam,hukum,dll). Leres nggeeh?! .

    BalasHapus